Beda genteng sokka dan genteng jatiwangi. Genteng tanah liat merupakan material atap tradisional yang masih populer di Indonesia, dengan dua varian utama yang paling terkenal: Genteng Sokka dari Kebumen dan Genteng Jatiwangi dari Majalengka.
Keduanya memiliki karakteristik unik yang membedakan dari segi kualitas, estetika, dan daya tahan.
Genteng Sokka dan Genteng Jatiwangi
Berdasarkan data dari Asosiasi Pengrajin Genteng Indonesia (2023), kedua jenis genteng ini menguasai 65% pasar genteng tanah liat di Pulau Jawa.
1. Asal Usul dan Proses Pembuatan
Genteng Sokka Kebumen diproduksi di Desa Sokka, Kebumen, Jawa Tengah dengan teknik pembakaran tradisional menggunakan kayu bakar.

Proses ini menghasilkan warna merah khas yang tidak merata namun alami. Menurut penelitian Balai Besar Kerajinan (2023), suhu pembakaran mencapai 800-900°C dengan waktu pembakaran 24-48 jam.
Genteng Jatiwangi berasal dari Majalengka, Jawa Barat dengan proses produksi yang lebih modern. Data Dinas Perindustrian Jawa Barat (2023) menunjukkan 60% pengrajin Jatiwangi sudah menggunakan tungku gas dengan suhu lebih stabil (1000-1100°C) dan waktu pembakaran lebih singkat (12-24 jam).
2. Perbandingan Teknis dan Kualitas
Kepadatan Material:
Genteng Sokka: 1.8-2.0 g/cm³ (lebih porous)
Genteng Jatiwangi: 2.0-2.2 g/cm³ (lebih padat)
Ketahanan Air:
Uji laboratorium menunjukkan Genteng Jatiwangi menyerap 8-10% air, sementara Sokka 12-15% (Pusat Penelitian Bahan Bangunan, 2023)
Daya Tahan:
Sokka: 15-20 tahun
Jatiwangi: 20-25 tahun
3. Keunggulan Masing-masing Varian
Genteng Sokka:
Warna alami yang khas semakin menarik seiring waktu
Lebih ringan (24-26 buah/m²)
Harga lebih ekonomis (Rp 3.500-4.500/buah)
Genteng Jatiwangi:
Permukaan lebih halus dan rata
Ketahanan lebih baik terhadap lumut
Pilihan warna lebih variatif (merah, cokelat, hitam)
4. Kekurangan yang Perlu Dipertimbangkan
Genteng Sokka:
Warna kurang seragam
Lebih cepat ditumbuhi lumut di daerah lembap
Ketersediaan terbatas di luar Jawa
Genteng Jatiwangi:
Harga 15-20% lebih mahal (Rp 4.000-5.500/buah)
Bobot lebih berat (22-24 buah/m²)
Butuh rangka atap lebih kuat
5. Rekomendasi Pemilihan Berdasarkan Kebutuhan
Untuk rumah tradisional Jawa:
Genteng Sokka lebih sesuai dengan nilai estetika
Cocok untuk budget terbatas
Untuk rumah modern:
Genteng Jatiwangi memberikan kesan lebih rapi
Pilihan ideal untuk daerah dengan curah hujan tinggi
6. Data Pasar dan Tren 2024
Berdasarkan survei Asosiasi Kontraktor Indonesia (2024):
55% proyek perumahan menggunakan Jatiwangi
70% restorasi bangunan heritage memilih Sokka
Kenaikan harga rata-rata 7% untuk Sokka dan 5% untuk Jatiwangi dibanding 2023
Kesimpulan:
Pemilihan antara genteng Sokka dan Jatiwangi harus mempertimbangkan:
Anggaran proyek
Kondisi lingkungan
Gaya arsitektur
Kebutuhan ketahanan
Kedua genteng memiliki pasar masing-masing dengan keunikan tersendiri. Untuk hasil terbaik, disarankan membeli langsung dari produsen resmi dan memeriksa sertifikasi SNI yang dimiliki.
Sumber Referensi:
Asosiasi Pengrajin Genteng Indonesia (2023). Laporan Pasar Genteng Tanah Liat.
Balai Besar Kerajinan (2023). Studi Proses Pembuatan Genteng Tradisional.
Dinas Perindustrian Jawa Barat (2023). Data Produksi Genteng Jatiwangi.
Pusat Penelitian Bahan Bangunan (2023). Uji Kualitas Material Genteng.
Asosiasi Kontraktor Indonesia (2024). Tren Material Atap 2024.